Belitung memang terkenal dengan pantai pasir putihnya, tapi di balik itu tersimpan cerita yang tak kalah menarik yaitu budaya bahari yang kuat, jejak sejarah kapal karam, dan ruang kecil yang menjaga semuanya tetap hidup dalam sebuah tempat di Desa Batu Itam yakni Galeri Budaya Batu Itam.
Galeri ini berdiri sebagai jendela budaya, tempat wisatawan bisa menyelami kisah masyarakat pesisir Belitung. Di dalamnya dipamerkan beragam koleksi mulai dari alat tangkap ikan tradisional, karya seni, hingga dokumentasi kehidupan bahari. Tak jarang, galeri ini menjadi pusat acara budaya, seperti “Ngelakar Cerite Budaya Bahari”, di mana seniman, pelaku budaya, dan masyarakat berbagi kisah tentang laut dan tradisi.
Yang membuatnya semakin unik, Galeri Budaya Batu Itam juga menyingkap kisah tentang kapal-kapal karam di perairan sekitar Belitung. Sejak ratusan tahun lalu, jalur laut ini menjadi persinggahan kapal dagang asing mulai dari kapal Tiongkok kuno hingga kapal Eropa kolonial. Banyak di antaranya karam di sekitar Belitung, meninggalkan jejak berupa keramik, koin, hingga artefak maritim yang bernilai sejarah tinggi.
Sebagian kisah itu hidup kembali di Galeri Budaya Batu Itam. Wisatawan bisa belajar bagaimana laut Belitung bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga saksi bisu pertukaran budaya dunia. Kapal karam yang dulu hanyut bersama ombak kini menjadi cerita, menghubungkan masa lalu dengan generasi hari ini.
Dengan tiket masuk hanya sekitar Rp5.000, pengunjung bisa merasakan pengalaman berwisata yang berbeda: bukan sekadar melihat, tetapi benar-benar menyelami budaya. Galeri ini juga menjadi bagian dari upaya Desa Batu Itam membangun desa wisata berbasis ekonomi kreatif, di mana budaya dan pariwisata berjalan beriringan.
Berjalan di Galeri Budaya Batu Itam, kita seakan diberi tahu bahwa laut bukan hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang cerita, perjuangan, dan jejak peradaban.
Jadi, kalau suatu hari kamu datang ke Belitung, jangan hanya berhenti di pantai. Datanglah ke Galeri Budaya Batu Itam, tempat di mana budaya hidup, dan kisah kapal karam masih berbisik lewat angin laut.
(APRILIA PUTRI HALIM)