Pulau Belitung, selain terkenal dengan pantai-pantainya yang indah, juga kaya akan tradisi budaya yang masih terjaga dengan baik. Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah “Maras Taun”, sebuah perayaan tahunan yang penuh dengan makna dan kebersamaan. Hampir semua desa di Belitung merayakan Maras Taun, termasuk Selat Nasik, Desa Badau, dan Desa Kembiri, yang pada tahun ini telah melakukan perayaan pada tanggal 28 April di Selat Nasik, 5 Mei di Desa Badau, dan 9 Mei di Desa Kembiri.
Maras Taun adalah salah satu adat istiadat yang dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Belitung. “Maras” berarti kegiatan membersihkan duri-duri kecil pada tanaman. Secara simbolis, membersihkan duri ini bermakna membersihkan atau menyelesaikan semua masalah yang ada. Sedangkan “Taun” berarti tahun. Dengan demikian, Maras Taun dapat diartikan sebagai pergantian tahun, dari tahun lama ke tahun baru, yang melibatkan pembersihan dari segala permasalahan yang ada. Ritual ini dipimpin oleh dukun (pemangku adat) bersama masyarakat.
Perayaan Maras Taun dimulai dengan persiapan yang melibatkan semua lapisan masyarakat. Setiap keluarga berkontribusi dalam menyiapkan makanan tradisional, dekorasi, dan berbagai kebutuhan lainnya. Upacara utama biasanya dilaksanakan di balai desa atau tempat yang disepakati, di mana masyarakat berkumpul untuk melaksanakan berbagai ritual dan kegiatan.
Ritual dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh atau tokoh adat desa. Doa ini merupakan bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar memberikan perlindungan dan berkah bagi seluruh desa. Setelah doa, dilanjutkan dengan berbagai tarian dan musik tradisional, seperti tari selamat datang dan musik Dambus, yang memeriahkan suasana.
Keunikan Perayaan Maras Taun di Selat Nasik, Badau, dan Kembiri
Setiap desa di Belitung memiliki cara unik dalam merayakan Maras Taun, yang menambah kekayaan budaya pulau ini.
- Selat Nasik: Keunikan perayaan Maras Taun di Selat Nasik adalah pembuatan lepat raksasa. Lepat raksasa ini dibuat dari ketan dan santan yang dibungkus daun lais, dengan ukuran yang jauh lebih besar daripada lepat pada umumnya. Tradisi ini tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga mencerminkan kekuatan gotong-royong dan kebersamaan masyarakat Selat Nasik dalam menyiapkan hidangan tersebut.
- Desa Badau: Di Desa Badau, selain kuliner khas lepat peti, yang dibuat dengan menggunakan daun lais, juga terdapat beripat beregong, sebuah pertunjukan seni tradisional yang melibatkan musik dan tarian khas Belitung, menambah keunikan dan kemeriahan perayaan Maras Taun di desa ini.
- Desa Kembiri: Desa ini juga dikenal dengan pembuatan lepat raksasa dengan menggunakan daun lais, mirip dengan tradisi di Selat Nasik. Selain itu, Desa Kembiri menampilkan pertunjukan kesenian daerah yang disebut Dul Mulok. Pertunjukan ini melibatkan drama dan musik tradisional yang menggambarkan kehidupan sehari-hari dan cerita rakyat Belitung, menambah daya tarik dan keunikan perayaan di desa ini.
Mempertahankan tradisi seperti Maras Taun di era modernisasi dan globalisasi merupakan tantangan tersendiri. Namun, masyarakat Belitung menunjukkan komitmen kuat untuk melestarikan warisan budaya ini. Pendidikan tentang pentingnya budaya lokal diajarkan kepada generasi muda, agar mereka dapat menghargai dan meneruskan tradisi ini.
Pemerintah daerah juga mendukung dengan mempromosikan Maras Taun sebagai daya tarik wisata budaya. Upaya ini tidak hanya membantu melestarikan tradisi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui pariwisata.
Maras Taun adalah perayaan yang penuh makna, mencerminkan rasa syukur dan kebersamaan masyarakat Belitung. Meskipun hampir semua desa di Belitung merayakan Maras Taun, setiap desa memiliki cara unik dalam perayaan, menambah kekayaan budaya pulau ini. Dengan upaya bersama antara masyarakat dan pemerintah, tradisi ini dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang, menjaga identitas budaya Belitung di tengah arus modernisasi.