Belitung, pulau yang terkenal dengan pantainya yang indah dan batu-batu granit besar, ternyata menyimpan lebih dari sekadar keindahan alam. Di balik pesonanya, terdapat tradisi bernilai ekonomi kreatif yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat lokal. Salah satu di antaranya adalah pembuatan Mentudong dan Terindak, hasil karya tangan terampil Kek Basidi dan Nek Napsiah, dua sosok pengrajin yang telah menjaga warisan budaya ini selama bertahun-tahun.
![]() |
![]() |
Mentudong dan Terindak merupakan salah satu ikon tradisi lokal. Mentudong adalah tudung saji tradisional khas Belitung, sedangkan Terindak merupakan topi yang terbuat dari anyaman daun mengkuang. Kedua benda ini memiliki fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lokal. Mentudong digunakan untuk menutupi makanan, melindunginya dari serangga dan debu, sementara Terindak sering dikenakan saat beraktivitas di bawah terik matahari, terutama di ladang atau pantai.
Namun, yang membuat Mentudong dan Terindak istimewa bukan hanya fungsinya saja. Desainnya yang penuh warna, motifnya yang unik, dan teknik pembuatannya yang khas menjadikan kedua benda ini sebagai hasil seni yang menarik minat wisatawan. Banyak pengunjung yang tak hanya terpesona oleh keindahannya, tetapi juga oleh cerita di balik proses pembuatannya.
Kek Basidi dan Nek Napsiah adalah dua figur yang memainkan peran penting dalam melestarikan tradisi ini, keduanya merupakan pelaku kreatif sejak dulu. Berbekal keterampilan yang diwariskan secara turun-temurun, keduanya dengan sabar menganyam dan menjahit daun mengkuang menjadi Mentudong dan Terindak. Prosesnya tidaklah sederhana. Mulai dari memilih daun mengkuang yang tepat, mengolahnya menjadi bahan siap pakai, hingga membentuk anyaman yang kokoh namun tetap indah, semua dilakukan dengan teliti dan penuh dedikasi.
![]() |
![]() |
“Kami ingin tradisi ini tetap hidup, karena ini adalah identitas kami sebagai orang Belitung,” kata Kek Basidi. “Selain itu, banyak wisatawan yang suka dan membeli sebagai oleh-oleh, jadi ini juga membantu ekonomi keluarga kami.”
Dalam upaya mendukung pelaku ekonomi kreatif seperti Kek Basidi dan Nek Napsiah, Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung melakukan kunjungan monitoring dan evaluasi ke tempat produksinya. Kepala Bidang Ekonomi Kreatif, IbuWiwih Widaningsih, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi pelaku kreatif lokal serta mengidentifikasi peluang pengembangan.
“Kami melihat potensi besar dari produk seperti Mentudong dan Terindak ini, tidak hanya sebagai warisan budaya tetapi juga sebagai daya tarik pariwisata. Oleh karena itu, kami berkomitmen memberikan pendampingan, pelatihan, dan promosi agar produk-produk ini dapat menembus pasar yang lebih luas,” ujar Ibu Wiwih Widaningsih.
Produk-produk seperti Mentudong dan Terindak memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama mereka yang mencari oleh-oleh unik dengan nilai budaya. Sehingga hal ini dapat menjadi salah satu potensi pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain menjadi barang fungsional, Mentudong dan Terindak sering dijadikan dekorasi rumah atau aksesori fesyen. Hal ini membuka peluang besar untuk mengembangkan produk tersebut sebagai bagian dari subsektor kriya dalam ekonomi kreatif.
Kisah Kek Basidi dan Nek Napsiah menjadi bukti bahwa tradisi dan inovasi bisa berjalan beriringan. Dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya, mereka berhasil menciptakan produk yang relevan dengan kebutuhan masa kini. Dukungan dari pemerintah daerah melalui program ekonomi kreatif diharapkan dapat memberikan angin segar bagi pelaku usaha lokal lainnya.
Mentudong dan Terindak bukan sekadar barang, tetapi simbol kebanggaan dan identitas masyarakat Belitung. Melalui tangan-tangan kreatif dan semangat melestarikan budaya, tradisi ini akan terus hidup dan membawa manfaat bagi generasi mendatang. Jadi, jika Anda berkunjung ke Belitung, jangan lupa untuk membawa pulang sepotong warisan budaya ini sebagai kenang-kenangan yang penuh makna. (Angela Agnestiana)