“TRADISI CENG BENG”

Setiap memasuki bulan kelima dalam kalender, masyarakat Tionghoa mulai mempersiapkan salah satu upacara tahunan yang disebut Ceng Beng atau Ziarah Kubur untuk memghormati para leluhur. Masyarakat Tionghoa memilih Ceng Beng dilaksanakan sekitar dua bulan setelah Hari Raya Imlek. Pada dasarnya Ceng Beng disebut juga “Qingmingjie” di Negeri Tirai Bambu. Kata Ceng memiliki arti bersih dan Beng berarti terang.

Belitung sebagai salah satu daerah dengan persebaran etnis Tionghoa yang besar di Indonesia. Ritual Ceng Beng atau Ziarah Kubur merupakan upacara perwujudan dari sikap masyarakat Tionghoa yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya. Seluruh keluarga perantauan berupaya pulang dan melaksanakan ritual.

Kegiatan ritual dimulai dengan membersihkan kuburan atau “penden” yang biasanya dilakukan 10 hari sebelum pelaksanaan Ceng Beng. Pada ritual Ceng Beng para keluarga akan menyiapkan beberapa jenis persembahan yaitu samsang yang terdiri dari tiga jenis daging yang berasal dari darat, air, dan udara. Kemudian samguo yang terdiri dari tiga jenis buah-buahan, dan minuman yang terdiri atas teh, arak, atau jiu sebagai persembahan dan bakti kepada leluhur. Masyasrakat Tionghoa juga wajib menyiapkan kimhin atau uang-uangan kertas. Uang kertas itu nantinya akan mereka bakar bersama dengan hio atau garu untuk dipersembahkan kepada leluhur yang akan dipergunakan untuk kemakmuran para leluhurnya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *